Menurutmu bumi bulat atau datar?
Tiba-tiba saja seorang senior menyergap saya dengan pertanyaan tersebut. Saya
hanya tersenyum mendengarnya. Didalam hati, saya berpikir dia pasti baru
melihat teori Flath Earth di youtube. Tampaknya akhir-akhir ini teori bumi
datar sedang viral dimedia. Tak ayal jika video Flat Earth ini sudah ditonton
lebih dari 400.000 kali di youtube. Teori yang disajikan secara logis ditambah
lagi dengan bukti-bukti empiris memang cepat menyita perhatian kaum terpelajar
di negeri ini. Ketika saya searching di internet, ternyata orang-orang
yang mempercayai teori ini sudah memiliki situs bahkan organisasi resmi di
benua Eropa dan Amerika. Konon organisasi ini terdiri dari para ilmuan,
agamawan dan sastrawan yang mendapatkan pencerahan di barat.
Saya sendiri tidak terlalu mempermasalahkan bumi itu bulat atau
datar. Atau jika teori bumi bulat dituduh sebuah konspirasi. keheranan saya
sebenarnya pada teori itu sendiri. Masalahnya mayoritas saintis barat
menganggap teori adalah sebuah dogma yang tidak bisa diganggu gugat. Ia bagai
wahyu tanpa nabi, absolute. Anda mungkin akan dianggap kafir jika
menyakini manusia berasal dari Adam a.s, atau paling tidak anda dianggap
manusia purba yang masih eksis di abad 21.
Teori bagi saintis barat bersifat mutlak. Meskipun begitu, jika
kemudian hari ditemukan teori yang lebih menjanjikan maka teori lama akan dimakzul.
Hari ini bagai ayat suci esoknya sudah tidak lebih dari majalah gosip. Saya penasaran
bagaimana nasib teori Galileo ini Jika the Flath Earth Sociaty mempunyai
bukti kuat yang tidak bisa dibantah NASA. Saya bayangkan para ilmuan
berbondong-bondong murtad dan mulai mendukung teori ini. Para politisi
juga ikut mengkampanyekan Flath Earth dibuku-buku pelajaran sekolah. Tidak
berselang lama pihak Google.inc secara resmi merevisi Googlemap. Situs resmi Flath
Earth Sociaty mulai dijadikan rujukan primer di seluruh dunia. Ditoko-toko
buku, Peta Globe sudah tidak dijual. Sebaliknya sebuah papan melingkar
bertuliskan Flath Earth Map banyak diborong oleh institusi sekolah dan
kampus. Dari yang semula ayat suci kemudian menjadi majalah gosip dan
berevolusi kembali menjadi kitab suci, hehe.
Parahnya asumsi ini sudah diyakini oleh sebagian masyarakat
indonesia. Saya sendiri pernah berdiskusi dengan salah satu evolusionis. Memang
sedikit menjengkelkan, karena dia sempat menghina agama. Ditengah-tengah
diskusi saya sempat bertanya begini; bagaimana jika ditemukan teori baru
yang lebih masuk akal dari teori evolusi? Tiba-tiba saja dia terdiam. Seakan
tidak mau kalah dia lalu menjawab, jika begitu, kita harus menyakini teori
yang baru, karena teori yang baru lebih diakui oleh sains. Tampaknya dia
kebingungan dengan arti relatif dalam teori. Menurutnya teori evolusi Darwin
mutlak (absolut) tapi dia juga mengakui ada relativitas jika ditemukan teori
baru.
Sesuatu yang secara teori disebut relatif tidak bisa kita yakini
absolut. Begitu juga sesuatu yang absolut tidak bisa dianggap relatif. Keduanya
berbeda,bung. Jika teori sains bersifat relatif maka agama harusnya
bersifat absolut. Sebagai sesuatu yang absolut agama harus membimbing Sains.
Dan Sains harus membenarkan agama, keduanya
tidak bisa terpisah. Karena Sains membahas segala Penciptaan (mahluk) sedangkan
agama adalah kalam Pencipta.